Ditinjau dari warisan biologi sangat mempengaruhi hasil perkembangan individu karena pandangan bahwa faktor biologis memainkan peran penting dalam perilaku social yang datang dari bidang psikologi evolusioner (Buss, 1995, Buss & Shackelford, 1997).
Cabang baru dari psikologi ini menyatakan bahwa manusia, seperti makhluk lainnya di planet bumi ini, telah mengalami proses evolusi biologis selama sejarah keberadaannya, dan hasil dari proses ini adalah kita sekarang memiliki sejumlah besar mekanisme psikologis yang membantu kita untuk tetap hidup atau mempertahankan keberadaan kita. Melalui proses evolusi yang melibatkan tiga komponen dasar yaitu variasi, bawaan, dan seleksi. Variasi adalah kenyataan bahwa orgasme dalam spesies tertentu berbeda dalam banyak hal. Kenyataan adalah variasi merupakan kondisi dasar dari kehidupan di planet bumi ini. Faktor bawaan menyebabkan adanya beberapa variasi yang dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui mekanisme yang kompleks. Sedangkan seleksi mengacu pada fakta bahwa beberapa individu yang memiliki variasi tertentu lebih unggul dalam hal bereproduksi sehingga mereka lebih bisa bertahan hidup
Hasil lain dari penelitian menunjukkan bahwa tidak aneh bila faktor genetik memainkan peran yang lebih kuat dalam membentuk sikap-sikap tertentu dibanding faktor lain. Dengan kata lain, sikap-sikap tertentu lebih dapat diwariskan dibanding sikap yang lain. Walaupun terlalu awal untuk menyimpulkan, namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap yang berkenaan dengan tingkat kecenderungan (contohnya, kecenderungan untuk menyukai jenis musik tertentu atau jenis makanan tertentu) lebih kuat dipengaruhi oleh faktor genetik daripada sikap yang sifatnya lebih kognitif (contoh: sikap terhadap isu kompleks seperti hukuman denda atau situasi dan obyek di mana individu tidak memiliki pengalaman langsung seperti kelompok social yang jarang atau tidak pernah berhubungan dengan mereka; Tesser, 1993)
Bagaimana efek-efek tersebut mempengaruhi kita? Salah satu kemungkinannya adalah factor genetic lebih banyak mempengaruhi watak, seperti kecenderungan pembawaan umum seseorang yang lebih positif atau negatif. (George, 1990). Kecenderungannya, pada gilirannya, kemudian dapat mempengaruhi banyak aspek dalam dunia sosial. Contohnya, seseorang yang cenderung lebih banyak memiliki mood positif mungkin cenderung mengekspreksikan kepuasan kerja yang lebih tinggi, di manapun ia bekerja; sebaliknya, orang lain yang cenderung lebih sering memiliki suasana hati negatif cenderung mengekspresikan sikap negatif di mana pun ia bekerja
Sifat-sifat hereditas sangat sukar diubah, meskipun generasi-generasi berikutnya diadakan modifikasi intensif. Misalnya dengan program eugenic (egenetik), stirelisasi, ataupun perkawinan selektif. Sedangkan sifat-sifat yang tumbuh akibat pengaruh lingkungan relative lebih mudah untuk diubah melalui perbaikan pendidikan, social, dan politik.
Ditinjau dari lingkungan, juga mempengaruhi hasil perkembangan individu.
Tidak semua perubahan yang terjadi pada sel-sel tubuh adalah semata-mata sebagai mekanisme hereditas. Lingkungan sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik. Sejak individu berada dalam konsepsi, lingkungan telah member andil bagi proses pembuahan/pertumbuhan. Suhu, makanan, keadaan gizi, vitamin, mineral, kesehatan jasmani, aktivitas dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Klasifikasi tingkah laku manusia dapat diadakan, terdiri atas empat macam, yakni:
1) Insting; aktivitas yang hanya memenuhi kodrat dan tidak melalui belajar.
2) Habits; kebiasaan yang dihasilkan dari latihan atau aktivitas yang berulang-ulang.
3) Native Behavior; (tingkah laku pembawaan, mengikuti mekanisme hereditas).
4) Acquired behavior; tingkah laku yang didapat sebagai hasil dari belajar.
Semua jenis tingkah laku di atas dipengaruhi, baik oleh hereditas maupun lingkungan. Antara hereditas dan lingkungan terjadi hubungan atau interaksi. Setiap factor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi, hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai “ additive contribution”. Menurut panjangan ini, hereditas dan lingkungan sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologis dan juga tingkah laku individu secara “jointly”.
Kesimpulannya adalah warisan biologis maupun lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan individu. Sebagai misal, seseorang yang dilahirkan dalam keadaan baik (warisan biologis) kemudian lingkungannya jelek, secara tidak langsung anak akan menjadi baik atau mungkin ikut jelek. Karena warisan biologis maupun lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar