Jumat, 29 April 2011

Intelegensi


  1. Pengertian Intelegensi
Intelegensi adalah berasal dari kata Latin yang berarti mengorganisasikan, menghubungkan, atau menyatukan satu dengan yang lain. Istilah intelegensi kadang-kadang sering memberikan pengertian yang salah, yang memandang intelegensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan tunggal, padahal menurut para ahli, intelegensi mengandung bermacam-macam kemampuan. Namun demikian pengertian intelegensi itu sendiri memberikan berbagai macam arti bagi para ahli.[1]
Intelegensi juga berarti sesuatu perbuatan, aktivitas atau reaksi, baik di bidang mental maupun di bidang fisik.
Menurut panitia istilah Padagogik (1953) yang mengangkat pendapat Stern yang dimaksud dengan intelegensi adalah “Daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.”
Thorndike sebagai tokoh koneksionisme mengemukakan bahwa orang dianggap intelegen apabila responsnya merupakan respons yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respons yang tepat, individu harus memiliki lebih banyak hubungan stimulus-respons, dan hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pengalaman yang diperoleh dan hasil respons-respons yang lalu.
  1. Macam-macam Intelegensi
Intelegensi menurut hasil dan arahnya, intelegensi ada 2 macam:
    1. Intelegensi praktis, ialah intelegensi untuk dapat mengatasi suatu yang sulit dalam sesuatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat.
    2. Intelegensi teoritis, ialah intelegensi untuk dapat mendapatkan suatu fikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat.[2]
  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
    1. Faktor pembawaan
Ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir, dan yang tidak sama pada orang lain.
    1. Faktor Kemasakan
Ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang kemudian berkembang dan mencapai saat puncaknya.
    1. Faktor Pembentukan
Ialah segala faktor luar yang mempengaruhi intelegensi di masa perkembangannya.
    1. Faktor minat
Faktor inilah yang merupakan motor penggerak dari intelegensi kita.[3]
  1. Teori-teori Faktor
Dari pendapat-pendapat para ahli tentang intelegensi, di dalam intelegensi terdapat adanya faktor-faktor tertentu yang membentuk intelegensi, inilah makna dari teori faktor.
    1. Thorndike, dengan multi faktornya mengemukakan bahwa intelegensi tersusun dari beberapa faktor, dan faktor-faktor itu terdiri dari elemen-elemen, dan tiap elemen-elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom merupakan hubungan stimulus-respons, Jadi suatu aktivitas yang menyangkut intelegensi adalah merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan lainnya.
    2. Spearman mengemukakan bahwa intelegensi mengandung dua macam faktor, yaitu:
a.       General ability atau general factor (faktor G)
                factor terdapat pada semua individu tetapi berbeda satu sama lain. General factor selalu didapati dalam setiap performance.
b.      Special ability atau special factor (faktor S)
           Special ability adalah merupakan faktor yang bersifat khusus, yaitu mengenai bidang-bidang tertentu. Dengan demikian maka jumlah faktor S itu banyak, misalnya ada S1, S2, S3 dan seterusnya. Jadi kalau pada seseorang faktor S dalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
Dapat dikemukakan bahwa menurut Spearman, tiap-tiap performance selalu ada faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan: P=G+S
    1. Burt, memiliki pandangan yang berbeda, namun dekat dengan pandangan Spearman. Burt mengemukakan bahwa di samping general ability dan special ability masih terdapat faktor lain, yaitu common ability atau common factor atau group factor. Common factor adalah merupakan faktor sesuatu kelompok kemampuan tertentu, misalnya dalam hal bahasa, dalam hal matematika. Dengan demikian menurut burt, intelegensi ada 3 macam faktor, yaitu faktor G, faktor S dan faktor C, dan faktor-faktor itu akan tampak dalam performance individu. Jadi performance individu dapat digambarkan:
P1=G+S1+Cx              Cx  = misalnya common factor berhitung
P2=G+S2+ Cx                
P3=G+S3+ Cx                 Cx = misalnya common bahasa
4. Thurstone, mengemukakan bahwa intelegensi merupakan jumlah dari elemen-elemen, yaitu hubungan stimulus-respons, dan menurut Thurstone dalam intelegensi adanya faktor-faktor primer itu adalah:
1)                  S   (Spatial relation), kemampuan untuk melihat gambar dengan dua atau tiga dimensi, menyangkut jarak
2)                  P (perceptual speed), kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan dan ketetapan dalam memberikan judging mengenai persamaan dan perbedaan dalam respons terhadap apa yang dilihat.
3)                  V (Verbal comprehension), kemampuan yang menyangkut pemahaman kosakata, analogi secara verbal, dan sejenisnya.
4)                  W (Word fluency), kemampuan yang menyangkut kecepatan yang berkaitan dengan kata-kata
5)                  N (Number facility), kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan atau ketetapan dalam berhitung
6)                  I (induction), kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh prinsip atau hukum.
  1. Teori orientasi proses
Teori ini mendasarkan atas orientasi bagaimana proses intelektual dalam pemecahan masalah.
Jean Piager merupakan salah satu seseorang yang mendukung teori ini. Namun, Jean melihat perkembangan dari intelectual ability dengan pengertian kognitif.
Teori proses informasi mengenai intelegensi mengemukakan bahwa intelegensi akan diukir dari fungsi-fungsi seperti proses sensoris, koding ingatan, dan kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali.
  1. Pengungkapan Intelegensi
Karena berbeda dalam segi intelegensinya, maka individu satu dengan lainnya tidak sama kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Mengenai perbedaan intelegensi ini ada pandangan yang menekankan pada perbedaan kuantitatif.
            Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan intelegensi individu satu dengan lainnya memang secara kualitatif berbeda. Pandangan kedua menitikberatkan pada perbedaan kuantitatif, yang berpendapat bahwa perbedaan intelegensi individu satu dengan lainnya karena perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan dalam proses belajarnya. Perbedaan dalam proses belajar akan membawa dalam segi intelegensinya.
            Baik pandangan satu maupun kedua, kedua-duanya mengakui bahwa individu satu dengan lainnya berbeda dalam segi intelegensinya.
            Binet telah menciptakan test intelegensi, maka test intelegensi tersebut berkembang dengan pesatnya. Test intelegensi tersebut pertama kali disusun tahun 1905, yang kemudian mendapatkan bermacam-macam revisi baik dari bint sendiri maupun orang lain.
            Tahun 1916, test binet direvisi, dan diadaptasi sesuai dengan penggunaan di Amerika yang dikenal dengan test Inteligensi Stanfors-Binet (Morgan dkk., 1984) Di samping itu juga digunakan pengertian Intellegence Quotient atau disingkat IQ digunakan rumus IQ= MA/CA. Untuk menghindari adanya angka pecahan maka rumus itu kemudian dikalikan dengan 100, sehingga. IQ=MA/CA x 100. MA adalah mental aage atau umur mental, dan CA adalah chronological age atau umur kronologis, yaitu umur yang sebenarnya.
            Dalam tahun 1939 David Wechsler menciptakan individual intelligence test, yang dikenal dengan Wechsler Bellevue Intelligence Scale  atau juga dikenal dengan imtelligence W.B. Dalam tahun 1949 diciptakan test intelligence WISC untuk anak-anak. Klasifikasi IQ-Nya adalah
                        Very superior              : IQ di atas 130
                        Superior                       : IQ 120-129
                        Bright normal              : IQ 110-119
                        Average                       : IQ 90-109
                        Dull normal                 : IQ 80-89
                        Borderline                   : IQ 70-79
                        Mental defective         : IQ 69 dan ke bawah
(Harriman, 1958 : 165)


[1] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum. 2002. Hlm 146
[2] Agus sujanto. Psikologi Umum.1979. Hlm 66
[3] ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar